Energi
didefinisikan sebagai daya atau kekuatan yang diperlukan untuk melakukan
berbagai proses kegiatan. Energi terbagi menjadi dua jenis, yaitu energi yang
berasal dari fosil dan energi terbarukan. Energi yang berasal dari fosil adalah
energi yang ketersediaan sumbernya di alam terbatas, contohnya adalah batu
bara, minyak bumi, dan gas alam. Sedangkan energi terbarukan merupakan upaya
untuk mengimbangi penggunaan energi yang berasal dari fosil dan nuklir. Energi
terbarukan adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali
secara alami dan prosesnya berkelanjutan.
Energi
terbarukan dianggap lebih ramah lingkungan, aman, dan terjangkau masyarakat.
Sumber utama dari energi terbarukan adalah energi panas bumi, energi surya, tenaga
air, tenaga angin, dan biomassa. Energi panas bumi adalah energi panas yang
tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung di
dalamnya (Saptadji, 2009). Energi panas bumi atau geotermal termasuk energi
terbarukan karena siklus produksinya memanfaatkan fluida untuk mengambil panas
dari dalam bumi ke permukaan dan fluida tersebut akan diinjeksikan kembali ke
dalam tanah untuk proses produksi berkelanjutan.
Energi
panas bumi berasal dari energi hasil pembentukan planet (20%) dan peluruhan
radioaktif dari mineral (80%). Gradien panas bumi yang didefinisikan dengan
perbedaan temperatur antara inti bumi dan permukaannya, mengendalikan konduksi
yang terjadi secara terus-menerus dalam bentuk energi panas dari inti ke
permukaan bumi. Temperatur inti bumi mencapai lebih dari 5000 0C.
Panas mengalir secara konduksi menuju bebatuan sekitar inti bumi. Panas ini
menyebabkan bebatuan tersebut meleleh dan membentuk magma. Magma mengalirkan
panas secara konveksi dan bergerak naik karena magma yang berupa bebatuan cair
memiliki massa jenis yang lebih rendah dari bebatuan padat. Magma memanaskan
kerak bumi dan air yang mengalir di dalam kerak bumi hingga mencapai suhu 300 0C.
Uap panas atau air bawah tanah dapat dimanfaatkan, dibawa ke permukaan, dan
dapat digunakan untuk membangkitkan listrik. Salah satu proyek pembangkit
listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang disebut memiliki potensi besar terhadap
kelistrikan Indonesia berada di Sarulla, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi
Sumatera Utara.
Gambar
Sistem Panas Bumi
PLTP
di Sarulla ini merupakan proyek pembangunan oleh PT Medco Energi Internasional,
Itochu Corporation (Jepang), Kyushu Electric Power Co, Inc. (Jepang), dan Ormat
Technologies Co, Inc. (AS), dan untuk setiap kwh listrik yang dihasilkan akan
dijual kepada PLN dengan harga $0,4622. Listrik yang dihasilkan diharapkan akan
dapat memenuhi 1/3 dari kebutuhan listrik Provinsi Sumatera Utara. Eksploitasi
sumur dilakukan dalam tiga tahap, yaitu satu di daerah Silangktan sebesar 110
MW, dua di daerah Namora I Langit masing-masing sebesar 110 MW dan selesai pada
tahun 2012.
Gambar
PLTP Sarulla Tapanuli Utara
Secara sederhana, PLTP adalah pembangkit listrik tenaga uap.
Sama halnya dengan pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut PLTN. Yang
membedakan disini adalah bagaimana uap yang akan menggerakkan turbin diperoleh.
Pada PLTN, uap diperoleh dengan memasak air dengan menggunakan reaktor nuklir,
sedangkan pada PLTP uap diperoleh dengan menggunakan panas bumi. Sumber panas utama adalah panas dari batuan yang ada
di perut bumi. Batuan panas ini digunakan untuk memanaskan air sehingga
menghasilkan uap. Uap air tersebut akan naik ke permukaan melalui sumur
produksi. Uap yang dihasilkan ini akan dialirkan ke alat
konversi panas, lalu dialirkan ke turbin uap. Turbin ini
terhubung dengan generator listrik, pemanfaat uap untuk menghasilkan listrik
bisa beragam tergantung dari teknologi yang digunakan. Listrik yang dihasilkan
akan dikirim ke gardu induk untuk dikirim ke pengguna melalui jaringan
transmisi. PLTP Sarulla akan menggunakan jaringan transmisi 150 KV. Reservoir digunakan sebagai penampungan air. Air tersebut dapat berasal
dari sungai atau sumber mata air lain. Air ini diperlukan untuk disuntikkan ke
dalam perut bumi melalui sumur injeksi.
PLTP Sarulla akan
menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh ORMAT Technologies, Inc.
Perusahaan yang berbasis di Nevada, Amerika Serikat ini bertanggung jawab untuk
merancang pembangkit dan akan menyediakan konverter energi (Ormat Energy
Converters) ke pembangkit. Perusahaan ini juga berperan untuk mengoperasikan
pembangkit tersebut dan bekerja sama dengan perusahaan yang ada dalam satu
konsorsium tersebut.
Proyek ini adalah
yang terbesar dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW
tahap dua, dimana hampir separuhnya (4,9 GW) berasal dari energi panas bumi.
Tahapan pertama direncanakan akan beroperasi pada tahun 2016, tahapan kedua
pada tahun 2017, dan tahapan ketiga diharapkan akan beroperasi tahun 2018.
Gardu induk akan dibangun di desa namora, dan akan ditransmisikan ke gardu
Induk milik PT. PLN di Sarulla dengan panjang transmisi ±15 km, dengan menggunakan
tegangan 150 Kv. Dengan beroperasinya PLTP ini diharapkan krisis listrik di
Sumatera Utara akan berkurang.
PLTP Sarulla
menggunakan energi panas bumi yang dianggap ramah lingkungan, namun jika
dilihat dari jangka waktu pembangunan sejak perencanaan hingga pengoperasian
yang panjang, sulitnya eksplorasi lokasi uap panas, pelapukan pipa-pipa, dan
kemungkinan terjadinya pencemaran oleh logam berat masih tetap dapat menimbulkan
masalah kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan terhadap energi
terbarukan harus tetap mempertimbangkan dampak-dampaknya terhadap lingkungan
dan konsumen sebaiknya lebih bijak dalam menggunakan energi untuk mencegah
terjadinya krisis energi.
Referensi:
Natsuko, Saeki. 2008. ODA
Watch: Proyek PLTPB Sarulla. Dalam www.nindja.org. Diakses pada
08 Mei 2016.
Reno. 2013. The 330 MW
Sarulla Geothermal Power Project in Indonesia Signed Project Agreements.
Dalam www.ormat.com. Diakses pada 08 Mei 2016.
0 komentar:
Posting Komentar